Kamis, 17 April 2014




 
Majelis ini sebenarnya berangkat dari keprihatinan para ulama dan habaib di Malang Raya terhadap prilaku generasi muda yang dari hari ke hari semakin jauh dari ajaran Nabi Muhammad SAW.  Mereka cenderung menganut gaya hidup bebas, pergaulan bebas, narkoba, miras dan sebagainya. Kecenderungan generasi muda dalam kehidupan yang gelap dan bertabur kemunkaran itulah menurut para ulama harus dicari jalan keluarnya, agar para kawula muda tersebut tidak semakin tenggelam dalam dunia yang penuh kemaksiatan.
Mereka tidak perlu kita hilangkan akan tetapi harus kita rubah, seperti sabda Kanjeng Nabi SAW,  “idza ro-aa minkum munkaron fal yughoyyirhu bi yadhi fain-lam yastathi’ fabi lisaanihi fain-lam yastathi’ fabi qolbihi wadzaalika adh’aful iman”. Orang yang melihat suatu kemungkaran, maka harus dirubah tapi  orangnya tidak dihilangkan. Rasul mengatakan rubah, beliau tidak mengatakan hilangkan.  Makanya Wali Songo ketika datang mereka berdakwah tidak dengan kekerasan untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat seperti kemungkaran akan tetapi dengan merubah adat dari kebiasaan nenek moyang kita itu dengan adab agama. Nah, mereka generasi muda ini kita ubah bukan dengan kekerasan, terang Habib Jamal bin Toha Ba’agil, khodimul majelis tersebut. “Jika generasi muda kita itu sekarang asik dengan konvoi dan konsernya maka hal itu harus kita ubah dengan sholawatan dan dengan majelis maulid”, tambahnya.
Nasib masa depan bangsa ini ke depan bergantung terhadap generasi mudanya sekarang ini.  Jika generasinya sekarang sudah sedemikian lemah dan rapuh bagaimana dengan nasib negeri ini. Maka perlu suatu gerakan untuk mengarahkan generasi muda agar menjadi generasi yang beragama dan berakhlak.

Pertemuan Tiga Habaib

Itulah awal pemikiran dan ide pembentukan sebuah majelis yang terkenal dengan jalsatul isnain (majelis senin malam). Alkisah, ketika Habib Jamal Ba’agil berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan Habib Abdul Qodir Umar Mauladdawilah.  Di sela-sela ziyaroh itu,  Habib Jamal Ba’agil berbincang-bincang dengan Habib Abdul Qodir Umar Mauladdawilah tentang kondisi dan strategi da’wah di Malang Raya. Maka dalam dialognya tersebut Habib Abdul Qodir mendorong terwujudnya majelis yang mewadahi para pemuda. Dan saat sowan ke Sang Guru beliau, Al-Musnid Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Hafidz, Pengasuh Pesantren Darul Musthofa, Hadhromaut, maka hal itu dikonfirmasikan kepada Al-Habib Umar bin Hafidz dan tenyata  respon Al-Habib Umar  bin Hafidz sangat positif. Dukungan Al-Habib Umar bin Hafidz semakin membulatkan tekad Beliau berdua untuk segera mendirikan majelis tersebut. Bahkan, Al-Habib Umar bin Hafidz-lah yang memberikan nama Ar-Ridwan untuk majelis yang akan berdiri tersebut.
Sepulang dari Hadhromaut,  Habib Jamal Ba’agil bersama Habib Abdul Qodir dan bergandengan tangan dengan Habib Ja’far Usman Al-Jufri, mengawali dan membuka berdirinya majelis Ar-Ridwan di Masjid Al-Huda di kawasan Embong Arab, Kota Malang.  Untuk mengawali majelis yang didominasi kaum muda ini, maka beliau bertiga meminta Al-Habib Baqir Mauladawilah dan KH. Marzuki Musytamar untuk menjadi sesepuh sekaligus Penasehat dari majelis tersebut.

Mengajak Mencintai Nabi

Dan tentunya sampai saat ini Majelis Ar-Ridwan membuka pintu lebar-lebar kepada para ulama dan habaib untuk bergabung dan meraih ridho Allah melalui majelis tersebut” , terang Habib Jamal Ba’agil.
Keberadaan Majelis Ar-Ridwan mendapat respon positif dan lampu hijau  dari Kepolisian Resort Kota Batu yang siap mendukung dan berkoordinasi untuk mengawal jalannya kegiatan tersebut.
Kini, Majelis Ar-Ridwan telah banyak digandrungi oleh para pemuda, orang tua, bahkan anak kecil. Dengan penuh semangat, mereka mengikuti, menghadiri jadwal kemanapun majelis tersebut digelar. Saat ini sudah banyak yang meminta untuk segera dibentuk korwil-korwil di daerah masing-masing. Merekapun juga meluaskan jaringan dengan dunia maya melalui facebook.

Pada awal berdirinya, Majelis Ar-Ridwan hanya digelar satu bulan sekali setiap hari Senin ba’da Isya. Namun, setelah melihat tingginya animo masyarakat dengan  meminta untuk diselenggarakan di wilayahnya, akhirnya majelis ini digelar sebulan dua kali. Bahkan beberapa juga terselenggara setiap hari Isnain (senin). Untuk segala perlengkapan sound-system dan atribut Ar-Ridwan, semua sudah disiapkan.
Kini ribuan Muslimin selalu menghadiri memadati kegiatan Majelis Ar-Ridwan.  Para kawula muda itu membutuhkan figur ulama  yang bisa membaur dan ngemong mereka. Habib Jamal Ba’agil selaku khodimul majelis ini mengajak kepada seluruh kaum muda khususnya di Malang Raya dan se-Indonesia umumnya untuk segera kembali mengidolakan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. “Jadikanlah Nabimu Muhammad SAW sebagai idolamu. Apabila kamu mengidolakan nabi, nabipun akan mencintaimu, Nabipun akan tidak melupakanmu kelak nanti di Telaga Kautsar. Jika kita bangga dengan Nabi Muhammad, maka kita harus bangga dengan sunnah-sunnah Nabi Muhammad. Tidak ada suatu kemulyaan, suatu kebanggaan bagi kita ummat Islam, khususnya para pemuda, melebihi kebahagiaan saat Nabi Muhammad hidup di hati kita. Nabi Muhammad tidak meninggal beliau hidup di hati para pemuda, para pemuda yang mencintai beliau, para pemuda yang menghidupkan dan bangga memegang syariat beliau,  niscaya merekalah pemuda yang dibanggakan  oleh Rasulullah SAW. Maka dari itu, kami harap untuk pemuda Malang Raya, para Aremania, jika kamu bangga dengan pemain bolamu, maka kamu harus lebih bangga dengan Nabimu”.
(kontributor: Sdr. Nasib Wahyudi – Media Ummat)

1 komentar :

  1. untuk Qosidah + ceramah Majelis Ar-ridwan yang live FULL bis di download di sini
    http://monggosholawat.blogspot.com

    BalasHapus

Jangan Lupa Komennya