![]() |
![]() |
![]() |

Di sela-sela peringatan Haul Al-Quthb Habib Ahmad bin Hasan Alatas di bilangan Condet, Jakarta Timur, alKisah mewawancarai seorang tokoh muda habaib yang unik, yang kesehariannya tak lepas dari kiprah di dunia pendidikan dan sosial yang tengah dirintisnya bersama sejumlah sesepuh dan kawan sejawatnya.
Habib Muhammad Anies bin Syech Baraqbah, demikian namanya. Pria kelahiran Surabaya, 25 November 1969, ini besar di daerah kelahirannya. SD hingga SMA ditempuhnya di Surabaya, tepatnya di perguruan Al-Khairiyah, yang cukup dikenal. Di sela-sela belajarnya, ia menyempatkan diri untuk bergumul dengan pengetahuan-pengetahuan agama sebagaimana ajaran kaum salaf. Ia mulazamah (tekun) mengaji kepada Syaikh Umar bin Ahmad Baraja dan putranya, Syaikh Ahmad Baraja, serta kepada Syaikh Abdullah Barmain di Masjid Ampel.
Selepas SMA, ia hijrah ke Jakarta setelah lulus tes untuk melanjutkan pendidikan di LIPIA hingga tamat di jurusan Qism Al-Mu’allimin. Tahun 1995, ia berangkat ke Hadhramaut, dengan tujuan belajar di Rubath Tarim Habib Hasan Asy-Syathiri. Alih-alih belajar, ia malah diminta untuk turut membantu mengajar di rubath tersebut, terutama membantu para santri baru yang belum menguasai benar bahasa Arab.
Setelah dua tahun di sana ia kembali ke tanah air untuk menggeluti dakwah dan pengajaran. Mula-mula ia mengajar di Majelis Maktabah Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan, dan selanjutnya hingga kini mengasuh beberapa majelis, di antaranya Majelis Al-Burdah, Majelis Ar-Rauhah, kesemuanya di Jakarta.
Berangkat dari Keprihatinan
Tak seperti kebanyakan Habaib lainnya, yang terjun ke dunia dakwah, Habib Anies lebih banyak memfokuskan perhatiannya kepada lembaga yayasan yang dibentuknya beberapa tahun silam.
Semua ini bermula dari sebuah keprihatinan yang besar tentang fenomena generasi Islam yang kukuh beragama yang dikhawatirkan hilang. Pola hidup keluarga muslim acapkali berganti seiring bergantinya zaman. Seorang ibu, yang dikatakan Nabi SAW sebagai madrasah ula (sekolah pertama bagi putra-putrinya), kini banyak yang tak layak sebagai pendidik keluarga. Sedangkan ayah begitu disibukkan dengan urusan mencari nafkah, sehingga tak lagi memberi perhatian pendidikan, khususnya ruhani, bagi anak-anaknya. Mereka tak peduli dengan ajaran orangtua-orangtua terdahulu, sebaliknya dengan bangga mempertontonkan budaya yang merusak.
Pada sisi lainnya, sistem pendidikan yang berlaku saat ini meminimalisir porsi pelajaran agama dan segala sesuatu hal yang berbau pendidikan agama. Masyarakat pun kurang mengontrol pendidikan yang berlangsung saat ini. Dan masih banyak hal yang membelit kehidupan umat, termasuk kaum muslimin.
Itu semua sudah menjadi fakta, bukan sesuatu yang hanya kelihatan fenomenanya.
Berangkat dari berbagai keprihatinan itu, semenjak beberapa tahun silam Habib Anies mencoba bergandengan tangan dengan sejumlah pihak yang memiliki kesamaan ide perjuangan untuk mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama “Tadzkirun Naas Ila Thariqil Akhirah”. Nama Tadzkirun Nas sendiri, tanpa kalimat setelahnya, diambil dari kitab yang memuat kalam-kalam Al-Habib Al-Quthb Ahmad bin Hasan bin Abdullah Al-Attas, yang arti sepenuhnya peringatan bagi manusia menuju jalan akhirat.
Tahun 2009 menjadi awal resminya yayasan ini berjalan, setelah sepuluh tahun sebelumnya bergerak tanpa bentuk nama yang resmi menurut undang-undang yang berlaku di negeri ini. Yayasan ini resmi terdaftar sebagai yayasan yang sah di Departemen Hukum dan HAM tanggal 19 November 2009 Nomor 019/NOT/X/2009 dengan NPWP Nomor: 02.995.173.8-005.000.
Diakui Pesantren
Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Amanah adalah salah satu lini kegiatan pendidikan yang dibangun Habib Anies bersama kawan-kawan sejak tahun 2000. Lembaga pendidikan dasar bagi anak-anak ini terdiri dari dua kelompok waktu: pagi dan sore. Lulusannya pun diakui di kalangan pondok-pondok pesantren, lantaran sudah terbentuk dengan materi yang diajarkan di pesantren, sehingga tinggal pendalaman dan penguatannya. “Di Darul Lughah Lawang, anak-anak didikan kita seperti telah akrab dengan materi-materi yang dulu didapatkannya di sini, sehingga mereka tidak canggung lagi,” ujarnya. Biasanya didikan TPA ini melanjutkan jenjang pendidikan berupa pengajaran materi yang kesemuanya disampaikan dalam bahasa Arab.
Berbicara tentang pendidikan, dalam pandangannya, pendidikan sekarang terkesan garing. Murid ke sekolah hanya untuk mendapatkan ilmu, lepas dari itu selesai sudah. Guru juga demikian, sekadar mengajar tanpa ada hubungan bathiniyah dan keteladanan. Lalu dari sana terlahir anak didik yang seperti robot yang berjalan.
Idealnya, seorang guru seharusnya digugu dan ditiru, dan anak-anak itu membutuhkan sosok yang patut ditiru. Sehingga Habib Anies melihat, kebutuhan akan guru yang bersifat murabbi (pendidik) mutlak diperlukan. Apa yang dikatakan, dicontohkan, dan diamalkan seorang guru, akan menjadi kenangan terhebat bagi muridnya, karena murid butuh keteladanan sang guru. “Pendidikan salaf kita masih yang terbaik. Mereka memperhatikan aspek psikologis anak muridnya dan mengisi relung bathin mereka sebagaimana mereka juga mengisi relung bathin mereka sendiri,” katanya penuh semangat.
Lini kegiatan lain yang tengah dibangunnya adalah membentuk lembaga zakat, infaq, dan sedekah, yang menampung amanah masyarakat. Yang demikian itu demi membiayai kegiatan-kegiatan sosial yayasan yang dipimpinnya. Setiap saat ada saja warga yang butuh uluran tangan, seperti tunggakan sekolah anak bahkan hingga pembayaran listrik bagi keluarga tak mampu. “Wah, berbagai macam keluhan, terutama ekonomi warga tak mampu yang datang ke kantor yayasan ini...,” jawabnya tatkala ditanyakan perihal masalah yang dihadapinya.
Namun, secara rutin, yayasan juga memiliki agenda bulanan dan tahunan untuk kegiatan sosial-ekonomi, seperti penyantunan anak-anak yatim, janda-janda tua dan orang-orang jompo, dan keluarga tak mampu, mengadakan sunatan massal, termasuk yang mendesak, seperti memberikan bantuan bagi orang-orang yang sakit dan dalam perawatan rumah sakit serta korban banjir dan gempa.
Nasihat Habib Anies Baraqbah
Pada aktivitas keagamaan lainnya, yayasan juga melakukan pembinaan muallaf, nikah massal, peringatan Maulid dan haul, yang pengorganisasiannya ditangani yayasan. Termasuk di dalam lini kegiatan ini adalah pengajian bulanan, pengajian Ramadhan, dan kajian-kajian ilmiah diniyyah lainnya.
Saat ini, di samping disibukkan dengan rencana pendirian lembaga ZIS, Habib Anies juga tengah disibukkan dengan menggarap sistem kurikulum yang kelak bisa diaplikasikan buat kegiatan-kegiatan kajian keagamaan dasar hingga sistem pesantren. Dengan dukungan penuh yang diberikan Habib Alwi bin Idrus Alaydrus, cucu Habib Umar bin Hud Alatas, serta bersama kawan-kawan, perlahan namun pasti, insya Allah tujuan mulia yang dicintai Rasulullah SAW ini kelak akan terwujud. Pembaca yang ingin tahu lebih banyak yayasan yang dipimpin Habib Anies ini dan ingin menginfaqkan sebahagian hartanya bisa mengklik website yayasan, dengan alamat www.tazkirunnas.org.
Mengakhiri perbincangan dengan alKisah, tokoh muda yang gandrung beraktivitas sosial ini menyampaikan nasihat teramat berharga buat pembaca.
Pertama, nasihat buat para orangtua. Doa orangtua adalah kekuatan terbesar untuk anak-anaknya. Betapapun kaya orangtua, itu tidak menjamin kesuksesan hidup seorang anak. Maka patutlah mencontoh Nabiyullah Ibrahim AS, yang, walaupun kaya raya, tetap banyak mendoakan putranya.
Kedua, nasihat bagi para ibu. Allah dan Rasul-Nya telah begitu memuliakan status ibu di atas ayah, maka jadilah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sentuhlah dengan sentuhan amal dalam pembentukan karakter anak-anak. Bentengilah anak-anak dari sistem pendidikan dan budaya yang merusak serta pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan salafunash shalihun.
Nasihat ketiga, buat anak-anak remaja. Hendaklah menempa diri dengan ilmu pengetahuan, terutama agama, dan berbakti kepada kedua orangtua. Pengetahuan agama butuh implementasi, maka ikatlah ilmu dengan amal, dengan di antaranya dan terutama birrul walidayn, berbakti kepada kedua orangtua. Insya Allah, hidup senantiasa dalam keberkahan. Amin.
0 komentar :
Posting Komentar
Jangan Lupa Komennya