
mentakdirkan pada setiap seratus tahun ada seseorang yang akan
mengajarkan Sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Kami berpendapat pada seratus
tahun yang pertama Allah mentakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada
seratus tahun berikutnya Allah menakdirkan Imam Asy-Syafi`i".
NASAB BELIAU
Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin
Utsman bin Syaafi' bin As-Saai'b bin 'Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim
bin Al- Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin
Ka'ab bin Lu'ai. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah
shalallahu 'alaihi wassalam pada Abdu Manaf, sedangkan Al-Muththalib
adalah saudaranya Hasyim (bapaknya Abdul Muththalib).
TAHUN DAN TEMPAT KELAHIRAN
Beliau dilahirkan di desa Gaza, masuk kota 'Asqolan pada tahun 150 H.
Saat beliau dilahirkan ke dunia oleh ibunya yang tercinta, bapaknya
tidak sempat membuainya, karena ajal Allah telah mendahuluinya dalam
usia yang masih muda. Lalu setelah berumur dua tahun, paman dan ibunya
membawa pindah ke kota kelahiran nabi Muhammad shalallahu 'alaihi
wassalam, Makkah Al Mukaramah.
PERTUMBUHANNYA
Beliau tumbuh
dan berkembang di kota Makkah, di kota tersebut beliau ikut bergabung
bersama teman-teman sebaya belajar memanah dengan tekun dan penuh
semangat, sehingga kemampuannya mengungguli teman-teman lainnya. Beliau
mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam bidang ini, hingga sepuluh
anak panah yang dilemparkan, sembilan di antaranya tepat mengenai
sasaran dan hanya satu yang meleset.
Setelah itu beliau
mempelajari tata bahasa arab dan sya'ir sampai beliau memiliki
kemampuan yang sangat menakjubkan dan menjadi orang yang terdepan dalam
cabang ilmu tersebut. Kemudian tumbuhlah di dalam hatinya rasa cinta
terhadap ilmu agama, maka beliaupun mempelajari dan menekuni serta
mendalami ilmu yang agung tersebut, sehingga beliau menjadi pemimpin
dan Imam atas orang-orang
KECERDASANNYA
Kecerdasan adalah
anugerah dan karunia Allah yang diberikan kepada hambanya sebagai
nikmat yang sangat besar. Di antara hal-hal yang menunjukkan
kecerdasannya:
1. Kemampuannya menghafal Al-Qur'an di luar kepala pada usianya yang masih belia, tujuh tahun.
2. Cepatnya menghafal kitab Hadits Al Muwathta' karya Imam Darul Hijrah, Imam Malik bin Anas pada usia sepuluh tahun.
3.
Rekomendasi para ulama sezamannya atas kecerdasannya, hingga ada yang
mengatakan bahwa ia belum pernah melihat manusia yang lebih cerdas dari
Imam Asy-Syafi`i.
4. Beliau diberi wewenang berfatawa pada umur 15 tahun.
Muslim
bin Khalid Az-Zanji berkata kepada Imam Asy-Syafi`i: "Berfatwalah wahai
Abu Abdillah, sungguh demi Allah sekarang engkau telah berhak untuk
berfatwa."
MENUNTUT ILMU
Beliau mengatakan tentang menuntut
ilmu, "Menuntut ilmu lebih afdhal dari shalat sunnah." Dan yang beliau
dahulukan dalam belajar setelah hafal Al-Qur'an adalah membaca hadits.
Beliau mengatakan, "Membaca hadits lebih baik dari pada shalat sunnah."
Karena itu, setelah hafal Al-Qur'an beliau belajar kitab hadits karya
Imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih
belia.
GURU-GURU BELIAU
Beliau mengawali mengambil ilmu dari ulama-ulama yang berada di negerinya, di antara mereka adalah:
1. Muslim bin Khalid Az-Zanji mufti Makkah
2. Muhammad bin Syafi' paman beliau sendiri
3. Abbas kakeknya Imam Asy-Syafi`i
4. Sufyan bin Uyainah
5. Fudhail bin Iyadl, serta beberapa ulama yang lain.
Demikian juga beliau mengambil ilmu dari ulama-ulama Madinah di antara mereka adalah:
1. Malik bin Anas
2. Ibrahim bin Abu Yahya Al Aslamy Al Madany
3.Abdul
Aziz Ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Ismail bin Ja'far dan Ibrahim bin
Sa'ad serta para ulama yang berada pada tingkatannya
Beliau juga mengambil ilmu dari ulama-ulama negeri Yaman di antaranya;
1.Mutharrif bin Mazin
2.Hisyam bin Yusuf Al Qadhi, dan sejumlah ulama lainnya.
Dan di Baghdad beliau mengambil ilmu dari:
1.Muhammad
bin Al Hasan, ulamanya bangsa Irak, beliau bermulazamah bersama ulama
tersebut, dan mengambil darinya ilmu yang banyak.
2.Ismail bin Ulayah.
3.Abdulwahab Ats-Tsaqafy, serta yang lainnya.
MURID-MURID BELIAU
Beliau mempunyai banyak murid, yang umumnya menjadi tokoh dan pembesar ulama dan Imam umat islam, yang paling menonjol adalah:
1. Ahmad bin Hanbal, Ahli Hadits dan sekaligus juga Ahli Fiqih dan Imam Ahlus Sunnah dengan kesepakatan kaum muslimin.
2. Al-Hasan bin Muhammad Az-Za'farani
3. Ishaq bin Rahawaih,
4. Harmalah bin Yahya
5. Sulaiman bin Dawud Al Hasyimi
6. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al Kalbi dan lain-lainnya banyak sekali.
KARYA BELIAU
Beliau mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang
diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu beliau
banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam
berbagai disiplin ilmu. Bahkan beliau pelopor dalam menulis di bidang
ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam
bidang fiqih, beliau menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua
orang, awamnya dan alimnya. Juga beliau menulis kitab Jima'ul Ilmi.
PUJIAN ULAMA PARA ULAMA KEPADA BELIAU
Benarlah sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam,
"Barangsiapa
yang mencari ridha Allah meski dengan dibenci manusia, maka Allah akan
ridha dan akhirnya manusia juga akan ridha kepadanya." (HR. At-Tirmidzi
2419 dan dishashihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' 6097).
Begitulah
keadaan para Imam Ahlus Sunnah, mereka menapaki kehidupan ini dengan
menempatkan ridha Allah di hadapan mata mereka, meski harus dibenci
oleh manusia. Namun keridhaan Allah akan mendatangkan berkah dan
manfaat yang banyak. Imam Asy-Syafi`i yang berjalan dengan lurus di
jalan-Nya, menuai pujian dan sanjungan dari orang-orang yang utama.
Karena keutamaan hanyalah diketahui oleh orang-orang yang punya
keutamaan pula.
Qutaibah bin Sa`id berkata: "Asy-Syafi`i adalah
seorang Imam." Beliau juga berkata, "Imam Ats-Tsauri wafat maka
hilanglah wara', Imam Asy-Syafi`i wafat maka matilah Sunnah dan apa
bila Imam Ahmad bin Hambal wafat maka nampaklah kebid`ahan."
Imam Asy-Syafi`i berkata, "Aku di Baghdad dijuluki sebagai Nashirus Sunnah (pembela Sunnah Rasulullah)."
Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Asy-Syafi`i adalah manusia yang paling fasih di zamannya."
Ishaq
bin Rahawaih berkata, "Tidak ada seorangpun yang berbicara dengan
pendapatnya -kemudian beliau menyebutkan Ats-Tsauri, Al-Auzai, Malik,
dan Abu Hanifah,- melainkan Imam Asy-Syafi`i adalah yang paling besar
ittiba`nya kepada Nabi shalallahu 'alaihi wassalam, dan paling sedikit
kesalahannya."
Abu Daud As-Sijistani berkata, "Aku tidak mengetahui pada Asy-Syafi`i satu ucapanpun yang salah."
Ibrahim
bin Abdul Thalib Al-Hafidz berkata, "Aku bertanya kepada Abu Qudamah
As-Sarkhasi tentang Asy-Syafi`i, Ahmad, Abu Ubaid, dan Ibnu Ruhawaih.
Maka ia berkata, "Asy-Syafi`i adalah yang paling faqih di antara
mereka."
PRINSIP AQIDAH BELIAU
Imam Asy-Syafi`i termasuk
Imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah, beliau jauh dari pemahaman Asy'ariyyah
dan Maturidiyyah yang menyimpang dalam aqidah, khususnya dalam masalah
aqidah yang berkaitan dengan Asma dan Shifat Allah subahanahu wa Ta'ala.
Beliau
tidak meyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat makhluk,
juga tidak menyepadankan, tidak menghilangkannya dan juga tidak
mentakwilnya. Tapi beliau mengatakan dalam masalah ini, bahwa Allah
memiliki nama dan sifat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an dan
sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam
kepada umatnya. Tidak boleh bagi seorang pun untuk menolaknya, karena
Al-Qur'an telah turun dengannya (nama dan sifat Allah) dan juga telah
ada riwayat yang shahih tentang hal itu. Jika ada yang menyelisihi
demikian setelah tegaknya hujjah padanya maka dia kafir. Adapun jika
belum tegak hujjah, maka dia dimaafkan dengan bodohnya. Karena ilmu
tentang Asma dan Sifat Allah tidak dapat digapai dengan akal, teori dan
pikiran. "Kami menetapkan sifat-sifat Allah dan kami meniadakan
penyerupaan darinya sebagaimana Allah meniadakan dari diri-Nya. Allah
berfirman,
"Tidak ada yang menyerupaiNya sesuatu pun, dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Dalam
masalah Al-Qur'an, beliau Imam Asy-Syafi`i mengatakan, "Al-Qur'an
adalah kalamulah, barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk
maka dia telah kafir."
PRINSIP DALAM FIQIH
Beliau berkata,
"Semua perkataanku yang menyelisihi hadits yang shahih maka ambillah
hadits yang shahih dan janganlah taqlid kepadaku."
Beliau
berkata, "Semua hadits yang shahih dari Nabi shalallahu a'laihi
wassalam maka itu adalah pendapatku meski kalian tidak mendengarnya
dariku."
Beliau mengatakan, "Jika kalian dapati dalam kitabku
sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam
maka ucapkanlah sunnah Rasulullah dan tinggalkan ucapanku."
SIKAP IMAM ASY-SYAFI`I TERHADAP AHLUL BID'AH
Muhammad bin Daud berkata, "Pada masa Imam Asy-Syafi`i, tidak pernah
terdengar sedikitpun beliau bicara tentang hawa, tidak juga dinisbatkan
kepadanya dan tidakdikenal darinya, bahkan beliau benci kepada Ahlil
Kalam dan Ahlil Bid'ah."
Beliau bicara tentang Ahlil Bid'ah, seorang tokoh Jahmiyah, Ibrahim bin 'Ulayyah, "Sesungguhnya Ibrahim bin 'Ulayyah sesat."
Imam
Asy-Syafi`i juga mengatakan, "Menurutku, hukuman ahlil kalam dipukul
dengan pelepah pohon kurma dan ditarik dengan unta lalu diarak keliling
kampung seraya diteriaki, "Ini balasan orang yang meninggalkan kitab
dan sunnah, dan beralih kepada ilmu kalam."
PESAN IMAM ASY-SYAFI`I
"Ikutilah Ahli Hadits oleh kalian, karena mereka orang yang paling banyak benarnya."
WAFAT BELIAU
Beliau wafat pada hari Kamis di awal bulan Sya'ban tahun 204 H dan umur
beliau sekita 54 tahun (Siyar 10/76). Meski Allah memberi masa hidup
beliau di dunia 54 tahun, menurut anggapan manusia, umur yang demikian
termasuk masih muda. Walau demikian, keberkahan dan manfaatnya
dirasakan kaum muslimin di seantero belahan dunia, hingga para ulama
mengatakan, "Imam Asy-Syafi`i diberi umur pendek, namun Allah
menggabungkan kecerdasannya dengan umurnya yang pendek."
KATA-KATA HIKMAH IMAM ASY-SYAFI`I
"Kebaikan ada pada lima hal: kekayaan jiwa, menahan dari menyakiti
orang lain, mencari rizki halal, taqwa dan tsiqqah kepada Allah. Ridha
manusia adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai, tidak ada jalan untuk
selamat dari (omongan) manusia, wajib bagimu untuk konsisten dengan
hal-hal yang bermanfaat bagimu".
0 komentar :
Posting Komentar
Jangan Lupa Komennya