Sabtu, 26 April 2014


Buta
di masa kecilnya. Keliling dunia mencari ilmu. Menghafal ratusan ribu
hadits. Karyanya menjadi rujukan utama setelah Al Qur'an.
Lahir
di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu
Abdillah. Nama lengkap beliau Muhammmad bin Ismail bin Al Mughirah bin
Bardizbah Al Bukhari Al Ju'fi. Beliau digelari Al Imam Al Hafizh, dan
lebih dikenal dengan sebutan Al Imam Al Bukhari.
Buyut
beliau, Al Mughirah, semula beragama Majusi (Zoroaster), kemudian masuk
Islam lewat perantaraan gubernur Bukhara yang bernama Al Yaman Al
Ju'fi. Sedang ayah beliau, Ismail bin Al Mughirah, seorang tokoh yang
tekun dan ulet dalam menuntut ilmu, sempat mendengar ketenaran Al Imam
Malik bin Anas dalam bidang keilmuan, pernah berjumpa dengan Hammad bin
Zaid, dan pernah berjabatan tangan dengan Abdullah bin Al Mubarak.
Sewaktu
kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu
beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim Al Khalil 'Alaihissalaam yang
mengatakan, "Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al
Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan
kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa". Ternyata pada pagi
harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan
penglihatan kedua mata putranya.
Ketika
berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau
melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah,
Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam. Guru-guru beliau banyak sekali
jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu 'Ashim
An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al
Mughirah, 'Abdan bin 'Utsman, 'Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah
bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu'aisi, Muhammad bin
'Ar'arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, 'Abdullah bin
Raja', Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri',
Khallad bin Yahya, Abdul 'Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, 'Ali bin Al
Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu'aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin
Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.
Murid-murid
beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal
adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih
Muslim.
Al

Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya.
Beliau pernah berkata, "Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya
juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih". Pada kesempatan
yang lain belau berkata, "Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat
saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya".
Beliau
juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, "Apakah
engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke
dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari -red)?"
Beliau menjawab, "Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang
saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya".
Anugerah
Allah kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah
mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan para imam
yang sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi) kepada beliau.
Berikut ini adalah sederet pujian (rekomendasi) termaksud:
Muhammad
bin Abi Hatim berkata, " Saya mendengar Abu Abdillah (Al Imam Al
Bukhari) berkata, "Para sahabat 'Amr bin 'Ali Al Fallaas pernah meminta
penjelasan kepada saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya
katakan kepada mereka, "Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadits
tersebut". Mereka jadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku, dan
mereka segera bergerak menuju 'Amr. Lalu mereka menceriterakan
peristiwa itu kepada 'Amr. 'Amr berkata kepada mereka, "Hadits yang
status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah
hadits".
Al
Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab
beliau yang diberi judul Al Jami' atau disebut juga Ash-Shahih atau
Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini
merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.
Ketakwaan
dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak pantas
dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama
tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.
Abu
Bakar bin Munir berkata, "Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari
berkata, "Saya berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak
dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain)".
Abdullah
bin Sa'id bin Ja'far berkata, "Saya mendengar para ulama di Bashrah
mengatakan, "Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti
Muhammad bin Ismail dalam hal ma'rifah (keilmuan) dan keshalihan".
Sulaim
berkata, "Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri
semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang
ajaran Islam, leblih wara' (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia
daripada Muhammad bin Ismail."
Al
Firabri berkata, "Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu 'Alaihi
Wasallam di dalam tidur saya". Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam
bertanya kepada saya, "Engkau hendak menuju ke mana?" Saya menjawab,
"Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail Al Bukhari". Beliau
Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berkata, "Sampaikan salamku kepadanya!"
Al
Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau
mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di
Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta'ala
mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.

0 komentar :

Posting Komentar

Jangan Lupa Komennya